Semesta [shutterstock] |
Kesombongan iblis yang hanya sesaat, mampu menghapus ibadahnya selama ribuan tahun. Kisah iblis bisa menjadi cerminan bagi manusia untuk tidak berbangga dengan ibadah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun.
Karena, sesungguhnya mudah bagi Allah SWT untuk menggelincirkan setiap umatnya yang dikehendaki pada kesesatan dan mudah juga bagi Allah memberikan hidayah meski umatnya telah berbuat dosa selama hidupnya.
Mengutip kitab tafsir Marah Labid atau yang masyhur dikenal dengan Tafsir al- Munir karya Imam an-Naawi al-Bantani serta dinukilkan dari Hasyiyat as-Shawi atas Tafsir al-Jalalain, dalam sejumlah riwayat terungkap, konon iblis adalah penjaga surga dalam kurun waktu 40 ribu tahun. Ia pernah hidup bersama dengan malaikat selama 80 ribu tahun dan tawaf mengelilingi Arsy bersama para malaikat selama 14 ribu tahun.
Iblis tidak merasa lelah atau mengeluh dalam menjalankan perintah Allah SWT. Iblis menjalankan dengan ikhlas, tidak ada niat apa pun kecuali karena Allah semata. Pada masa itu, malaikat dan lainnya memberi gelar al-‘Aziz (makhluk Allah yang termulia) kepada iblis, ada juga yang memberi gelar ‘Azazil (panglima besar malaikat).
Di langit pertama sampai ketujuh, iblis begitu dihormati oleh para malaikat. Jika iblis lewat di depan para malaikat maka malaikat menghormati iblis bagaikan penghormatan prajurit kepada komandannya, pengawal istana pada rajanya, sehingga terhormatlah nama iblis di penjuru alam semesta.
Imam Abu Hamid al-Ghazali mengatakan, Allah SWT menaikkan iblis dengan cepat ke langit karena lebih unggul ibadahnya di antara penghuni surga. Setiap pindah dari langit satu ke langit lainnya, Allah memberinya gelar. Pada langit pertama, iblis diberi gelar al-Abid (ahli ibadah).
Pada tingkatan langit kedua, iblis diberi gelar az-Zahid, kemudian di langit ketiga, namanya disebut al-‘Arif. Pada langit keempat, namanya adalah al-Wali. Pada langit kelima, namanya disebut at-Taqi, di langit keenam, namanya disebut al-Kazin, dan pada langit ketujuh, namanya disebut ‘Azazil.
Namun, di dalam Lauhul Mahfudz, namanya berubah, bukan nama sesuai prestasi ibadahnya. Allah menggantinya dengan nama iblis sampai akhir zaman. Perubahan nama menjadi iblis karena dia tidak menjalankan perintah Allah untuk menghormati Adam. Padahal, penghuni langit bersujud kepada Adam.
Setelah beberapa saat diciptakan, Adam melihat semua penghuni surga sedang khusyuk menjalankan ibadah. Lalu, Allah memerintahkan seluruh penghuni langit untuk menghadap karena Allah akan menginstruksikan mereka menghormati Adam. “Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi ini,” firman Allah seperti dikisahkan surah al-Baqarah ayat ke-30.
Seketika itu, seluruh penghuni surga protes. Bagaimana tidak? Adam yang baru saja diciptakan dan belum teruji kualitas ibadahnya tiba-tiba mesti dihormati. Karena alasan itulah para penghuni surga protes.
Salah satu di antara penghuni surga berkata seperti yang diabadikan dalam surah al-Baqarah ayat ke-30. “Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu.”
Mendengarkan perkataan malaikat itu, Allah menjawab, “Sungguh aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.” Setelah itu, Allah menunjukkan kelebihan Adam kepada seluruh penghuni langit. Meski baru diciptakan, Adam lebih banyak mengetahui daripada penghuni langit yang lebih dulu diciptakan.
Pada saat itu juga Allah menyerukan penghuni langit untuk mengulang apa yang telah Adam sampaikan seperti diabadikan dalam surah al-Baqarah ayat ke-31. “Sebutkan kepada-Ku, nama semua benda ini, jika kalian yang benar.”
Namun, semua penghuni langit terdiam tidak bisa menjawab satu pun nama-nama benda itu dan berkata, “Mahasuci Allah, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah engkau ajarkan kepada kami.”
Para malaikat malu, mereka protes atas diciptakannya Adam. Untuk itu, para malaikat bertobat dan kembali memuji Allah. “Sungguh Engkau Allah yang Mahamengetahui, Mahabijaksana.” Akhirnya semua penghuni langit bersujud kepada Adam atas kelebihan yang Allah berikan kepadanya.
Namun, satu di antara penghuni surga yang akhirnya diberi nama iblis tidak mau bersujud kepada Adam dan melayangkan protesnya lebih keras dari protes malaikat sebelumnya. “Aku lebih mulia dari Adam yang diciptakan dari tanah, sedangkan aku engkau diciptakan dari api,” kata iblis.
Setelah melihat iblis tidak menyesal dan tak merasa bersalah telah menolak perintah Allah yang satu ini, Allah segera mengusir iblis dari langit. Ketika itu, keindahan langit digambarkan seperti keindahan surga. Kemudian, Allah mengubah muka iblis yang semula sangat indah cemerlang menjadi hina.
Melihat keadaan pemimpin dan bendahara surga seperti itu, para malaikat yang jadi anak buahnya menjadi sedih. Namun, apa daya Allah telah menghendaki demikian. Setelah iblis tidak lagi ada di antara mereka, malaikat langsung berkumpul dan menceritakan kejadian pengusiran iblis.
Malaikat Jibril dan Mikail menangis di antara penghuni surga. Melihat malaikat yang ditugasi sebagai pengantar wahyu dan pemberi rezeki itu menangis, Allah bertanya, “Apakah yang membuat kamu menangis?”
Dengan penuh rasa hormat, mereka menjawab, “Ya Allah! Kami tidaklah aman dari tipu dayamu.” Kemudian, Allah kembali berfirman kepada malaikat, “Begitulah Aku. Jadilah engkau berdua tidak aman dari tipu daya-Ku.”
Di sinilah awal perubahan sikap iblis yang tidak menaati perintah Allah. Begitu diusir dari surga, iblis mengajukan satu permintaan kepada Allah agar dapat menggoda manusia sampai akhir zaman. Permintaan tersebut pun dikabulkan.
Iblis berkata, “Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan.” Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat).” Iblis menjawab, “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (QS Shaad [38]: 79-82).
Iblis berjanji dengan berbagai daya dan upaya akan menyesatkan umat manusia hingga hari kiamat kelak. Inilah mengapa iblis diberikan umur panjang dan kemampuan beranak-pinak dengan cepat. Tiap kelahiran satu anak manusia, maka lahirlah keturunan iblis. Namun, begitu manusia meninggal, iblis tetap hidup.
Meski iblis mendapatkan kesempatan menggoda anak manusia hingga hari kiamat, Allah memberikan penawarnya, yakni dengan menjaga konsistensi bertobat nasuha. Ini seperti penegasan surah al-Baqarah ayat ke-160. “Kecuali mereka yang telah bertobat, mengadakan perbaikan dan menjelaskannya. Mereka itulah yang Aku terima tobatnya, dan Akulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”
Dalam kisah ini hendaknya kita juga mengambil pelajaran, selain mendoakan keselamatan bagi orang lain, berdoalah juga untuk keselamatan diri kita sendiri agar Allah tidak menyesatkan kita seperti Allah telah menyesatkan iblis yang angkuh dan menyombongkan diri sendiri. (republika)
0 Comments