Peternak sapi perah di Proboling, Jawa Timur. [wartabromo] |
Produksi sapi perah secara nasional diklaim menunjukkan peningkatan. Hal ini dinilai karena dukungan kredit dan investasi dari pemerintah yang memudahkan peternak sapi perah untuk memproduksi sapi perah.
Penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) mampu mendongkrak angka produksi.
“Perkembangan produksi sapi perah secara nasional pasti meningkat karena adanya peran serta perbankan yang telah menyalurkan skim kredit KUR dan juga peran beberapa BUMN (PT Sucofindo, PT Pelindo III, PT Jasindo dan PT KAI) yang telah menyalurkan skim kredit berbunga rendah dalam bentuk PKBL untuk para peternak sapi perah,” kata Fini Murfiani, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ternak (PKH) Kementerian Pertanian, 26 November 2018.
Selain pemberian KUR, pemerintah juga menggalakkan investasi peternakan sapi perah yang ditandai dengan penambahan populasi sapi dari beberapa perusahaan seperti PT Greenfields Indonesia, PT Raffles/Cogen, PT. Jarum ,PT. Astra dan PT. Great Giant Livestock.
“PT Greenfields Indonesia, pengembangan farm baru (Wlingi), target awal sebanyak 4.500 ekor sapid an yang baru masuk Fries Hollands (FH) sebanyak 2.123 ekor dan Jersey 750 ekor dan yang sudah berproduksi pada Juli 2018 sebanyak 850 ekor,” ungkap Fini.
Selanjutnya untuk realisasi PT Raffles/Cogen yang bekerjasama dengan ABC sebanyak 797 ekor di Garut, dari PT. Jarum sebanyak 3.000-4.000 ekor di Subang, dari PT Astra rencana 400-600 ekor dan dari PT. Great Giant Livestock sebanyak 1.200 ekor, yang sudah direalisasikan adalah 400 ekor.
Namun, Ketua Umum Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) Agus Warsito berkata sebaliknya. Menurutnya saat ini produksi sapi perah semakin menurun.
Hal ini dinilai karena banyak peternak sapi perah yang beralih menjadi peternak sapi potong. “Makin turun. Turunnya sekitar 10% ini karena banyak peternak sapi perah yang beralih ke sapi potong,” ungkapnya. (kontan)
0 Comments