Telur ayam ras. [via suara] |
Ya! Bukan telur di ujung tanduk. Melainkan telur di ujung tahun. Harga komoditi yang satu ini akan terus naik hingg penghujung tahun. Demikian kata Ketua Presidium Peternak Layer Nasional Ki Musbar, sebagaimana ditulis laman kontan co id, Senin, 26 November 2018.
“Ya trennya naik, sekarang aja di Blitar. Hari ini saya kebetulan di Blitar peternak Rp 20.100 per kilo,” kata Ki Musbar.
Kenaikan ini terjadi setelah sebelumnya mengalami kelesuan. Bahkan menyentuh harga Rp 16 ribu per kilonya. Di bawah acuan yang ditetapkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Rp 18 ribu sampai Rp 20 ribu per kilogram.
Bila mengacu kepada pernyataan Musbar di laman tersebut, kenaikan ini tak semata menjelang Natal dan Tahun Baru -- saat permintaan meninggi karena warga ingin berlibur dan menyimpan stok lebih banyak dari biasanya. Tapi, terkait harga pakan yang juga merayap naik. Saat ini, kata Musbar, harga pakan berkisar di Rp 5.500, dari sebelumnya Rp 4.500.
Dan kenaikan harga pakan itu akibat anjloknya rupiah beberapa waktu lalu. “Kan kita beli pakan itu periodikal per tiga bulan sekali. Ini yang dipahami. Biasanya Desember kita ngga masukin lagi. Beli dari bulan Oktober,” ujar Musbar, menjelaskan sebab musabab naiknya harga pakan tersebut.
Menurut Musbar, konsumsi pakan impor itu memang hanya 35% dari total volume atau komposisi pakan yang diberikan. Namun, secara biaya, 35 % itu memberikan kontribusi sampai 70% darti biaya pakan.
Kemana telur-telur itu bersarang? DKI dan Bandung masih menjadi pelahap telur paling tinggi. Menapai 50% dari pemasaran telur nasional yang mencapai 7.600 ton per hari.
Karena tingginya permintaan DKI tadi, kata Musbar, Jakarta Food Station bekerja sama dengan sentra-sentra produksi telur di pulau Jawa demi memenuhi kebutuhan itu. Kerjasama BUMD dengan koperasi-koperasi peternakan pun dilakukan. "Sudah lebih baik dibanding tahun lalu," kata Musbar, ihwal kerjasama tersebut.
Musbar mengakui, tren kenaikan harga ini memang berulang hampir setiap tahun. Namun, kata dia, perang dagang Tiongkok-Amerika menjadikan kenaikan harga kali ini tak terlalu meroket.
“Bahan baku(pakan)nya nggak naik terlalu tinggi," kata Musbar. Bila sebelum peperangan ini berkecamuk semua bahan baku asal Amerika disedot Tiongkok, kini pemerintah Tiongkok menerapkan pajak impor lebih tinggi. "Ini ketolongnya karena ada perang dagang. Kalau nggak, harga naiknya lebih gila lagi," kata Musbar. "Syukurlah...,” tambah dia.
0 Comments