Konser Not In This Lifetime Guns N'Roses di Jakarta. [harianjogja.com] |
Bandana terpasang di kepala remaja 14 tahun itu. Bertulisan Guns N' Roses (GNR). Nama band yang sama terpampang pula di kaus hitam yang dikenakannya.
Bersama papa dan mamanya yang juga kompak berkaus hitam, Sean, remaja tersebut, hadir dengan antusiasme tinggi dalam konser GNR di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, tadi malam. "Lagu favorit saya Sweet Child O'Mine," kata Sean.
Padahal, lagu itu dan GNR datang dari era yang jauh sebelum dia lahir. Lagu favorit Sean tersebut dirilis pada 1987. Dan, puncak kejayaan GNR, ketika mayoritas founding fathers-nya masih utuh, terjadi saat double album Use Your Illusion dirilis pada 1991. Atau 13 tahun sebelum remaja asal Jakarta itu lahir.
"Papa sering muter di mobil. Kok asyik. Lalu saya tanya band apa ini dan papa bilang GNR," ungkap Sean tentang bagaimana dirinya mengenal GNR.
Kalau ada yang bilang konser bertajuk Not In This Lifetime tadi malam adalah klangenan generasi yang besar pada era 1990-an saja, yang sekarang tentunya berusia 30-40 tahun, itu salah besar. Sebab, Jawa Pos menemui banyak sekali "penonton milenial" yang hadir. Baik bersama keluarga maupun teman.
David Aristho Yudana, contohnya. Siswa SMA Pangudi Luhur, Jogjakarta, berusia 17 tahun itu datang dari Jogjakarta. Dia tiba di Jakarta sejak Rabu (7/11).
Diantar orang tuanya, David nonton konser di zona Rockzone A. "Saya nabung. Dapat Rp 600 ribu, lalu ditambahi bapak Rp 800 ribu," ucap David yang punya band bersama teman-teman SMA-nya.
David tak sekadar suka. Dia bahkan mengidolakan sang gitaris, Slash. "Saya kenal GNR dari YouTube. Termasuk belajar main intro Sweet Child O'Mine," kata David yang kemarin sempat melakukan live Instagram. "Pamer ke teman-teman di Jogja, Mas, hehehe...," tambahnya.
Intro Sweet Child O'Mine memang salah satu signature Slash dan GNR. Bahkan bisa dibilang sebagai penanda sebuah generasi. Seperti juga permainan gitar Eddie Van Halen dari Van Halen dalam Eruption.
Sedikit lebih tua dari David, ada Amirsyah. Mahasiswa 21 tahun itu mengaku penasaran dengan formasi reuni yang ditampilkan GNR sejak 2016 ini. Apalagi konser tur Not In This Lifetime ini disebut-sebut memuaskan para fans di berbagai belahan dunia.
Mahasiswa Universitas Moestopo Beragama itu tahu GNR dari panggung-panggung musik yang pernah didatangi. Misalnya, di kawasan Kemang, Jakarta.
"Saya sudah persiapan buat kor dengan mendengarkan di Spotify," ucapnya.
Bergabungnya kembali gitaris Slash dan basis Duff McKagan memang mendongkrak antusiasme penonton dalam konser GNR kali ini. Itu jika dibandingkan dengan kehadiran pertama GNR ke Indonesia yang bisa dibilang hanya menjual Axl Rose, sang vokalis.
Puluhan ribu penonton memenuhi SUGBK tadi malam. Sejak pukul 17.00 WIB, semua gerbang sudah dibuka. Ada tiga titik masuk. Yakni, dari Jalan Asia-Afrika, Jalan Sudirman, dan Jalan Gerbang Pemuda.
Mayoritas penonton memutuskan untuk langsung masuk. Namun, ada pula yang memilih antre membeli merchandise dulu. Ada empat titik penjualan di sekitar area SUGBK. Salah satunya di dekat pintu 59 dan 60.
Merchandise orisinal dibanderol dengan harga cukup mahal. Misalnya, kaus Rp 450 ribu, tote bag Rp 250 ribu, dan topi Rp 400 ribu.
Pesona band yang albumnya, Use Your Illussion I & II, terjual lebih dari 30 juta kopi itu tak hanya membius kaum adam. Fransiska Amelina, 28, juga rela berangkat sejak siang dari Bekasi. "Datangnya bareng-bareng. Kalau sendiri, agak mikir juga," kata Fey, sapaan Fransiska Amelina.
Konser tadi malam dibuka pada pukul 19.40 dengan menyanyikan Indonesia Raya. Dipimpin oleh Kikan, eks vokalis Cokelat.
Tiga belas menit setelah pukul 20.00, Axl Rose baru menghentak dengan lagu pembuka, It's So Easy. Disusul Mr Brownstone, lalu Welcome to The Jungle.
Di usia yang sudah 56 tahun, Axl masih garang di panggung. Saat membawakan Estranged, misalnya, dia berlari-lari di sekitar panggung. Seperti gaya khasnya selama ini. Tak lupa bandana khas, topi lebar, dan celana jins sobek menemani penampilannya.
Setelah Estranged, lagu-lagu hit GNR membuat puluhan ribu penonton ikut koor. Mulai Rocket Queen, Live and Let Die, hingga Civil War.
Slash di beberapa lagu tampil menggunakan guitar double neck. Misalnya, Knockin on Heaven's Door. Sepanjang konser yang berdurasi hampir tiga jam itu Axl berganti baju sampai empat kali karena basah oleh keringat.
Anton Widianto, 40, asal Solo, menganggap performa Axl Rose dkk lebih menghibur jika dibandingkan saat tampil di Ancol, 16 Desember 2012. "Memang, buat nada-nada tinggi, sudah tidak semua bisa dicapai," ungkapnya.
Diar Candra, Jakarta
(jawapos)
(jawapos)
0 Comments