Para petugas sedang merawat pasien COVID-19. [liputan6.com] |
Jumlah penderita COVID-19 melonjak drastis. Justru setelah PSBB diberlakukan. Tapi, kenapa Jawa Timur yang mengalami kenaikan tertinggi?
Kabar baik datang dari Karawang, Jawa Barat. Kamis, 23 Mei 2020, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Karawang, Fitra Hergyana, menyatakan 18 orang penderita COVID-19 yang ditangani pihaknya dinyatakan lolos dua kali uji swab. "Hari ini dilaporkan ada seorang warga yang terkonfirmasi positif yang dinyatakan sembuh," kata Fitra.
"Saya mengucapkan rasa syukur dan bahagia karena dengan sembuhnya satu pasien tersebut, berarti sudah 18 pasien positif yang dinyatakan sembuh," kata Fitra lagi.
Dikatakannya, ke 18 orang tersebut sebelumnya telah menjalani perawatan di dua rumah sakit, yakni di Rumah Sakit Paru Karawang dan Rumah Sakit Umum Daerah setempat. Ia mengatakan, para pasien positif itu dinyatakan sembuh setelah menjalani dua kali uji laboratorium atas swab yang hasilnya negatif.
Masih menurut Fitra, mereka yang dinyatakan sembuh itu tak bisa langsung beraktivitas seperti biasa, tetapi harus mengisolasi diri terlebih dulu selama 14 hari. “Walau dinyatakan lolos uji swab, mereka tetap harus melakukan swa karantina selama 14 hari,” tandas dia.
Walau memiliki angka kesembuhan lumayan tinggi, 102 dari 181 PDP (Pasien Dalam Pengawasan), Karawang bukan berarti sudah bisa dinyatakan bebas COVID-19. Bersamaan dengan sembuhnya 18 pasien tadi, dua orang lainnya dinyatakan positif COVID-19. Sehingga, kini, kabupaten itu memiliki 50 pasien COVID-19 yang dirawat. Sementara, angka kematian akibat COVID-19 di sana mencapai angka 22.
Sedangkan secara nasional, sebagaimana ditulis Kompas, total penderita COVID-19 hari ini mencapai 21.745. Jumlah akumulasi itu tercatat setelah per Sabtu ini, 23 Mei 2020, ada penambahan sebanyak 949 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Menurut data yang diungkapkan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto, penambahan itu terjadi di 24 provinsi. “Penambahan tertinggi terjadi di Jawa Timur dengan 466 kasus. DKI Jakarta menyusul dengan 115 kasus,” tulis Kompas.
Tingginya pertambahan angka penderita di Jawa Timur ini cukup menarik. Terutama, bila dibandingkan Jawa Barat, yang “hanya” mengalami penambahan 43 kasus – total akumulatif menjadi 2.002. Dengan asumsi mobilitas dan kepadatan ikut berkontribusi dalam masalah ini, provinsi yang nyaris menyatu dengan DKI Jakarta ini justru memiliki populasi lebih tinggi dibandingkan Jawa Timur. Sementara, luas wilayahnya jauh lebih sempit – yang artinya memiliki kepadatan yang jauh lebih tinggi.
Lalu, kenapa Jawa Timur bisa mengalami penambahan jauh lebih tinggi? Ketua Tim Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, dr. Kohar Hari Santoso, menyebutkan kenaikan kasus baru positif COVID-19 itu didorong jumlah angka penularan di dalam klaster yang melonjak. Bahkan, terbaru, ada temuan klaster rumah sakit yang menjangkit beberapa tenaga kesehatan mulai perawat hingga dokter.
"Jadi memang yang ada penambahan di klaster yang ada. Yang baru itu dari nakes (tenaga kesehatan) ada positif COVID-19, 20 orang, 12 di antaranya nakes, empat dokter, tiga spesialis," kata dr. Kohar, Kamis, 21 Mei 2020.
"Lainnya penambahan klister yang sudah ada. Ada kelompok yang melakukan perjalanan luar negeri. Jumlahnya enggak terlalu besar tapi potensi klaster. Di samping itu ada perjalanan luar kota," dia menambahkan.
Dari penambahan 502 kasus baru di Jawa Timur ini, penyumbang terbanyak adalah Kota Surabaya -- 311 kasus. Penambahan kasus terbanyak kedua juga masih dari kawasan Surabaya Raya. Tercatat ada 57 pasien baru terinfeksi virus SARS CoV-2 di Sidoarjo. Kemudian disusul Kabupaten Probolinggo 31 kasus baru serta di Gresik menyumbang 27 kasus positif COVID-19.
Kemudian tambahan kasus baru juga terjadi tiga di Kota Malang dan masing-masing dua kasus di Kota Pasuruan, Kota Batu, Kabupaten Mojokerto, Lamongan, Bangkalan lalu Bojonegoro. Sedangkan di Kota Blitar, Kabupaten Kediri, Kota Probolinggo, Magetan, Kabupaten Malang dan Tuban masing-masing tambah satu kasus.
Dari rincian tersebut, 451 di antaranya sudah diketahui domisilinya. Sedangkan sisanya, 51 kasus, masih dicari domisilinya. "Hari ini diumumkan sejumlah angka itu (502), kemudian telisik ulang sebanyak 451 kasus (diketahui domisilinya)," ujar Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dr. Joni Wahyuhadi
Sementara itu, pasien sembuh bertambah 10 orang. Sehingga, total yang sembuh sekarang 413 orang atau 14,04 persen. Kemudian pasien meninggal dunia bertambah 15 orang, sehingga totalnya saat ini 258 orang setara 8,77 persen.
Terkait jumlah PDP yang masih diawasi 2.296 dari jumlah total kasus 5.267 orang. Kemudian Orang Dalam Pemantauan yang masih dipantau 3.989 dari total kadus 23.271 orang.
Dr. Joni tak menampik bila angka tambahan pasien positif Covid-19 yang diumumkan hari Kamis, 20 Mei 2020, tersebut paling banyak. Tapi, "Yang harus diketahui juga, jumlah kasus baru itu bukan tambahan pasien hari ini, tapi diumumkan hari ini," tadas dia.
Direktur Utama RSUD dr Soetomo tersebut mengingatkan masyarakat untuk lebih berdisiplin dalam menerapkan protokol kesehatan untuk mengurangi penyebaran Covid-19. "Ini adalah warning bahwa kita harus disiplin. Penyakit ini sangat berbahaya dan serius. Masyarakat dan pemerintah memang harus semakin disiplin," kata dr.Joni.
Dan soal disiplin itulah, barangkali, yang kemudian melahirkan “insiden Exit Tol Satelit”, Surabaya. Habib Umar bin Abdullah Assegaf, pengasuh Majelis Maulid Watta'Lim Roudlotussalaf di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, sempat terlibat cekcok dengan seorang petugas Satpol PP karena ia diminta memutar balik meninggalkan Surabaya tersebab mobil yang ditumpanginya berisikan sampai 5 orang penumpang, termasuk sopir. Sementara, protokol PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) hanya mengizinkan tiga orang – dua penumpang di belakang, dan seorang sopir.
Anggota Satpol PP Surabaya Asmadi sungkem dan meminta maaf kepada Habib Umar Assegaf [via wartakota] |
Syukur alhamdulillah, insiden tersebut akhirnya berujung damai. Si petugas akhirnya meminta maaf kepada Habib Umar, dan Habib Umar pun memaafkannya. Bahkan, petugas Satpol PP itu dihadiahi umroh oleh Ustadz Ahmad Al Habsyi, yang turut menyaksikan perdamaian kedua pihak yang sempat berselisih tersebut.
Dari berbagai sumber
0 Comments