2020, Kiblat Busana Muslim Dunia

Sebuah peragaan busana muslim ilustrasi. [via katadata]
Kementerian Perindustrian menargetkan menjadikan Indonesia sebagai kiblat busana muslim di dunia pada 2020. Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan ini lewat siaran pers yang disiarkan Sabtu, 1 Desember 2018.
Menurut Gati, produk fesyen Tanah Air memiliki kualitas yang cukup kompetitif di pasar internasional. Terlebih, industri ini didukung struktur industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri yang telah terintergasi baik hulu maupun hilir.
"Karena itu, pemerintah menargetkan Indonesia sebagai salah satu pusat fesyen dunia. Apalagi, kami ingin menjadi kiblat busana muslim di dunia pada tahun 2020," ujar Gati dalam keterangan persnya itu.
Gati mengungkapkan, industri TPT memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia dan memiliki keunggulan di kancah global. Ini tercermin dari nilai ekspor pada 2017 yang mencapai US$13,29 miliar atau meningkat 8,7% dibanding tahun sebelumnya.
Untuk memperluas akses pasar fesyen lokal di luar negeri, Kemenperin melakukan peluncuran International Muslim Fashion Festival pada pertunjukan fesyen skala internasional "La Mode" Sur La Seine à Paris.
Pameran tersebut rencananya akan digelar pada 2019 dengan target pengunjung  400 peserta dari mancanegara, antara lain Italia, Australia, Jerman, Taiwan, Korea, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Spanyol, Inggris dan Rusia.
"Target yang ingin kami capai dari peluncuran kegiatan ini adalah meningkatkan nilai ekspor produk fesyen nasional khususnya fesyen muslim di pasar Eropa dan negara-negara OKI," ujar Gati.
Adapun, "La Mode" Sur La Seine à Paris sendiri diselenggarakan Indonesian Fashion Chamber (IFC), organisasi desainer dan pelaku usaha fesyen dengan jumlah anggota terbesar dari berbagai daerah di Indonesia yang juga mewadahi desainer yang telah siap merambah pasar global.
Pagelaran fashion show tersebut akan digelar di atas kapal pesiar yang berlayar  dengan menyusuri Sungai Seine, Paris. Dimulai dari Menara Eiffel dan mengelilingi sejumlah lokasi ikonik di pusat mode dunia itu.
Gati mengatakan, melalui event tersebut, anggota IFC diberi kesempatan untuk memperkenalkan karyanya di tingkat internasional sekaligus menjalin bisnis dengan mitra potensial dan meningkatkan ekspor.
Rencananya, ada  16 desainer Indonesia yang terlibat di "La Mode" Sur La Seine à Paris itu. Antara lain Lisa Fitria, Deden Siswanto, Lenny Agustin, Sofie, Ali Charisma, Shanty Couture, IDENTIX by Irma Susanti, Lia Mustafa, Lia Soraya, Rosie Rahmadi, #Markamarie, Istituto Di Moda Burgo Indonesia, ZELMIRA by SMK NU Banat, dan Pemerintah Provinsi Aceh melalui Dinas Pariwisata Aceh menampilkan koleksi REBORN29 by Sukriyah Rusdy.
Sementara itu, awal Oktober lalu, Menteri Perindustrian menyebutkan,  per Juli 2018, industri fesyen menghasilkan devisa dengan nilai ekspor US$ 8,2 miliar. Tumbuh 8,7% secara tahunan.
"Dan  di fesyen ini, salah satu potensi yang kita miliki adalah fesyen muslim. Karena itu, kami mendorong agar pada 2020 Indonesia bisa menjadi salah satu kiblat desainer fesyen muslim dunia," kata Airlangga, kala itu.
Secara global, sampai dengan Juli 2018, produk industri fesyen Indonesia baru menguasai 1,9% pasar fesyen dunia. Karenanya, Kemenperin pun berusaha meningkatkan market share ini sehingga kontribusinya terhadap perekonomian nasional ikut bertambah. Strategi yang ditempuh ialah dengan mendongkrak pertumbuhan pelaku startup di bidang ini. Termasuk dan terutama para pelaku koperasi dan UKM, yang menjadi tulang punggung utama industri fesyen. Terlebih busana muslim.

Post a Comment

0 Comments