Hitut Maung Kepung Majalengka-Kuningan

Waduk Darma, Kuningan, Jawa Barat, yang berliput kabut. [pikiranrakyat]
Sejumlah titik di wilayah dataran tinggi selatan Majalengka dan barat Kuningan diselimuti oleh fenomena kabut tipis, Rabu, 28 November 2018 pagi. Warga sekitar menyebut fenomena itu sebagai “hitut maung” (kentut harimau).
Keterangan yang dihimpun harian Pikiran Rakyat menyebutkan, terjadinya kabut tipis terlihat jelas sekitar pukul 05.30 WIB. Bahkan, selepas pukul 08.00 WIB kabut masih terlihat.
Daerah yang diselimuti kabut itu antara lain kawasan perbatasan Majalengka-Kuningan, khususnya yang berada sekitar lereng Gunung Ciremai. “Waduh, ieu hitut maung. Saya sampai tidak bisa melihat rumah yang ada di seberang alun-alun,” ujar seorang warga Wawan (53), sebagaimana dikutip lama harian tadi.
Pun, beberapa nelayan air tawar di kawasan Waduk Darma mengungkapkan hal senada. Mereka tampak ragu untuk mencari ikan.
Begitu pula, sejumlah pengendara sepeda motor di bilangan Cipadung Desa Sindangpanji Kecamatan Cikijing memilih beristirahat di “rest area” setempat, sambil menunggu cuaca cerah dan tidak terhalang kabut.
“Iya, cuacana meni kieu. Tadi, teman di daerah Jahim juga mengabarkan turunnya kabut,” kata seorang pengendara berbagi pengalaman.
Prakirawan cuaca Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jatiwangi Oktaviana Indriani menuturkan, fenomena kabut di kawasan dataran tinggi sekitar lereng gunung merupakan fenomena alamiah biasa. Dalam hal itu terjadi proses kondensasi uap air di permukaan tanah. Bentuknya mirip awan.
“Hal itu biasanya terjadi setelah sehari sebelumnya turun hujan. Juga kelembapan udara, relative humidity (RH)-nya biasanya tinggi,” ujar Oktaviana di kantornya di Jatiwangi, Rabu, 28 November 2018.
Oktaviana menjelaskan, di wilayah selatan Majalengka, termasuk kawasan Kuningan saat ini telah masuk musim hujan. Apabila sampai terjadi kabut, maka diperkirakan kelembapan udaranya di atas 98 persen.
Dikatakan, apabila ada matahari (tidak mendung), kabut itu bisa segera hilang. Fenomena sesaat, sekitar setengah jam, biasanya “memudar” seiring hangatnya matahari.
Namun sebaliknya, apabila cuaca mendung, maka kabut bisa berlangsung agak lama. Belum lagi biasanya ditandai dengan udara dingin.
Oktaviana menuturkan, akibat terjadinya kabut, yang perlu diwaspadai adalah jarak pandang yang terbatas. “Apalagi di jalanan, pengendara harus hati-hati. Pandangan terhalang kabut,” katanya.
Begitu pula yang hendak bekerja di danau, seperti nelayan air tawar atau bekerja di keramba, sebaiknya lebih hati-hati. “Bisa disiapkan lampu atau penerang,” tuturnya.

Post a Comment

0 Comments